BENGKALIS (PesisirRiau.com)-Dibawah nahkoda negeri berjuluk Sri Junjungan Bengkalis, Kasmarni, prestasi demi prestasi yang tidak hanya diboyong melalui pemimpin, namun masyarakatnya terus mengalir. Salah satunya seperti yang menghampiri seorang pemuda bernama Riska Saputra (26) yang berprestasi terpilih dalam Program Sekolah Staf Presiden yang diselenggarakan oleh Kantor Staf Presiden beberapa waktu lalu.
Oleh karenanya, pada Sabtu (1/7/23), Riska sowan dan memohon petunjuk serta dukungan ke Bupati Bengkalis melalui Wakilnya, Bagus Santoso.
Bertempat dikediaman dinasnya, Bagus Santoso sempat mendengar kisah perjalanan Riska. Dirinya menjadi satu satunya perwakilan dari Provinsi Riau yang sukses melewati proses seleksi ketat yang diikuti sedikitnya 66.239 peserta dari seluruh Indonesia.
Dari jumlah tersebut, Tim seleksi SSP secara marathon menganalisis dan memverifikasi kandidat terbaik dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam menyampaikan pendapat melalui esai dan pengalaman organisasi untuk mendapatkan 100 peserta seleksi wawancara dan Riska lolos dalam seleksi tersebut.
Hasil seleksi wawancara dari 100 peserta, akhirnya Riska lolos dan menembus 35 besar
Untuk diketahui, Program Sekolah Staf Presiden angkatan Ke – 2 ini hasil dari kolaborasi dengan Pertamina telah melakukan seleksi wawancara untuk memilih 35 calon pemimpin masa depan.
Dalam tahap seleksi tersebut, Riska Saputra tampil memukau dengan pengetahuan dan pemikirannya yang cerdas. Namun, keberhasilannya tidak hanya terletak pada kemampuannya mengikuti proses seleksi dengan baik, tetapi juga karena esai yang diajukan pada saat pendaftaran. Dalam esainya, Riska Saputra menyoroti isu pendidikan dan memberikan kritik konstruktif terhadap kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, terkait marketplace guru sebagai katalis pendidikan. Kritiknya adalah terhadap isu pendidikan, yang fokusnya pada Teknologi Pendidikan di Indonesia.
Menteri Pendidikan kami telah mengusulkan kebijakan platform marketplace guru, di mana sekolah-sekolah di Indonesia dapat melihat dan merekrut guru-guru terbaik dari platform tersebut berdasarkan kualitas guru disana dan Riska Saputra mendukung program tersebut namun dengan beberapa kritik positif, seperti Pemerintah juga harus memperhatikan bagaimana meningkatkan kualitas dan kredibilitas guru, dukungan untuk pelatihan dan pengembangan guru, akses yang inklusif dan setara bagi semua sekolah, evaluasi dan perbaikan platform agar kualitas platformnya terus meningkat.
Keberhasilan Riska Saputra dalam program Sekolah Staf Presiden bukan hanya sebagai bentuk pengakuan atas dedikasinya dalam proses seleksi yang ketat, tetapi juga sebagai penghargaan atas pemikiran kritis dan ide-ide konstruktif yang diungkapkannya dalam esai pendaftaran.
Hal ini menunjukkan bahwa pemuda Indonesia memiliki potensi besar dalam memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa. Riska Saputra merasa bangga dan terhormat dapat mewakili Provinsi Riau dalam program Sekolah Staf Presiden. Ia berkomitmen untuk belajar dan beradaptasi di lingkungan kerja pemerintahan yang berprestise tersebut.(Inf)