SUNGGUH MEMESONA. Hanya dua kata terucap dalam hati pengunjung, ketika berwisata ke Tepian Batang Mandau yang memiliki keunikan tata keindahan alamnya yang nyaman, sejuk, asri dan memesona. Terutama bagi wisatawan ingin mendambakan nuansa nyaman, aman, tenang serta jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.
Laporan : Soleh Albantani, Duri
Tepian Sungai Mandau dahulu kala merupakan pelabuhan perusahaan minyak bumi dan gas (migas) disulap menjadi obyek wisata alam terlihat masih asri banyak pepohonan sejuk dipandang mata.
” Wah, sungguh memesona serta indah sekali. Sejuk pemandangannya, nyaman dan hatiku tenang ketika datang ke sini, ” kata seorang wisatawan luar daerah, Kaira, Refi dan Tiya bersama keluarganya dalam sepekan sekali, mereka berkunjung ke Tepian Batang Mandau.

Para wisatawan yang berkunjung ke Tepian Batang Mandau, selain dari lokal juga luar daerah dan luar Provinsi Riau. Ada dari Kampar, Pekanbaru, Siak, Dumai, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Setelah disulap menjadi obyek wisata desa binaan Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkolaborasi dengan pemerintah Desa Balai Pungut, sangat banyak perubahan di lokasi Tepian Batang Mandau. Semakin menarik perhatian wisatawan baik dari lokal maupun dari luar daerah ingin menikmati panorama indah dan asrinya. Dulunya tidak terawat dengan baik dan tampak kumuh. Kini berubah total di lokasi tersebut, yang menyimpan memori sejarah panjang, awal mula perusahaan eksplorasi minyak bumi dan gas (migas) terbesar di Bumi Lancang Kuning.
Aliran Sungai Mandau yang memanjang hilirnya hingga menembus Sungai Siak sampai Tanjung Buton arah laut lepas, dapat menenangkan hati yang sedang merasa gundah gulana. Obyek wisata Desa Balai Pungut Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis, Riau ini juga banyak juga terdapat jenis ikan yang masih terlestarikan. Seperti ikan Selais, Baung, Toman, Kelabau dan jenis lainnya. Sehingga menjadi suatu tempat sumber kehidupan bagi para nelayan setempat hingga kini.
Seorang nelayan tampak baru pulang dari memancing ikan, raut wajahnya sumringah. Pergi pagi, pulang siang sudah mendapat hasil tangkapannya. Dia adalah nelayan tempatan, namanya Thamsir. Setelah menepikan sampan dayung, saya menghampirinya. ” Itu jenis ikan apa pak” tanya saya. ” Ini ikan Kelabau. Alhamdulillah, cukuplah untuk makan hari ini” jawab Thamsir singkat.
Thamsir hanya sekitar tiga jam menyusuri Batang Mandau, mendapat ikan sekitar dua kilogram lebih. Hanya menggunakan alat tangkap sederhana umpan pancing buah kelapa Sawit. Dirinya optimis di sepanjang aliran Sungai Mandau masih banyak berbagai jenis ikan yang masih terlestarikan sampai sekarang.

Suatu hari, pada saat saya dan rombongan berkunjung ke Tepian Batang Mandau menempuh perjalanan dari pusat Kota Duri sekitar 40 menit. Ketika sampai ke tempat tujuan, bola mataku melihat pertama kali sebelum turun dari kendaraan, ada sebuah monumen Nasi Kunyit Panggar Telor. Berbentuk kerucut menjulang ke langit, bertingkat lima, kuning keemasan warna khas Melayu Riau. Berdiri kokoh dan indah menjadi saksi bisu di lokasi itu perjalanan sejarah panjang awal mula pelabuhan perusahaan eksplorasi migas beroperasi.
Saya bertemu salah seorang pengelola Wisata Tepian Batang Mandau, terlihat sibuk mendampingi pengunjung yang datang. Begitu saya sapa dan bertanya, dimana lokasi pelabuhannya dulu. Dia adalah Majrul dengan ramah menjawab.
” Tepatnya di sinilah pelabuhannya dulu. Untuk mengenang sejarah awal mula eksplorasi migas, lalu dibangun monumen Nasi Kunyit Panggar Telor,” kata Tokoh masyarakat Balai Pungut, Majrul sambil menunjukkan tangannya ke arah monumen, Kamis (9/10/25).
Majrul juga sebagai ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tuah Melayu Desa Balai Pungut, berperan mengelola tempat wisata mengangkat memori sejarah perminyakan di Riau itu, memaparkan monumen tersebut diberi nama ”Tugu Nasi Kunyit Panggar Telor”.
Filosofi Nasi Kunyit Panggar Telor dipergunakan pada saat acara pernikahan, khatam Al quran dan acara-acara adat lainnya. Selain itu dipergunakan untuk membayar nazar atau niat dalam kehidupan masyarakat Melayu Mandau. Nasi Kunyit Panggar Telor juga dipergunakan dalam mencerminkan hubungan baik dan mempererat hubungan antara masyarakat Mandau Desa Balai Pungut dengan Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pada saat itu, dan juga melambangkan ucapan selamat datang untuk tamu.
Untuk mengenang jejak awal mula perusahaan eksplorasi migas, maka dibangun monumen bersejarah ditepi Sungai Mandau, lokasi diatas lahan yang dahulu digunakan sebagai dermaga atau pelabuhan bongkar-muat barang Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM). Monumen ini menunjukkan bahwa pada tahun 1932 Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pertama kalinya menginjakkan kaki di Desa Balai Pungut dan memulai eksplorasi migas. Kapal-kapal raksasa berlabuh tepatnya di lokasi yang sudah berdiri monumen. Hingga hampir satu abad beroperasi, Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) berubah nama menjadi PT Caltex Pacific Indonesia (PT CPI) dan kemudian berubah nama lagi menjadi PT Chevron Pacific Indonesia, beroperasi sampai akhir kontraknya, kemudian diambil alih kelola oleh PHR. Bahkan pada tahun 1970 masih banyak ditemukan tangki migas dan peralatan lainnya di lokasi tersebut.
Desa Balai Pungut memiliki potensi alam yang tidak dimiliki oleh desa lain di Kecamatan Pinggir, yakni Tepian Batang Mandau yang memiliki sejarah panjang sebagai lokasi pendaratan minyak pertama di wilayah Rokan pada tahun 1935. Keberadaan situs bersejarah ini tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat, tetapi juga memiliki nilai edukatif dan wisata yang tinggi. Dengan pengelolaan yang baik, Tepian Batang Mandau berpotensi menjadi destinasi wisata sejarah dan alam yang mampu menarik wisatawan serta mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.
Potensi Tepian Batang Mandau
Desa Balai Pungut, yang merupakan desa dengan nilai budaya dan adat Melayu yang kuat dan kental, berpotensi besar dalam pengembangan wisata berbasis kearifan lokal. Nilai-nilai budaya Melayu tercermin dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, seperti tradisi gotong royong, kesenian tradisional, adat istiadat, serta keramahan masyarakatnya terhadap pendatang. Oleh karena itu, implementasi Program Desa Wisata dan Desa Kreatif menjadi salah satu upaya strategis untuk menjaga kelestarian budaya dan adat Melayu, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pengembangan potensi wisata budaya, kuliner, dan ekonomi kreatif yang berakar pada tradisi lokal.

Salah satu inisiatif yang dijalankan oleh PHR dalam program Community Involvement Development (CID) adalah Program Desa Wisata dan Desa Kreatif Balai Pungut, yang diluncurkan pada tahun 2025. Program ini termasuk dalam tiga pilar utama PHR, yaitu pilar ekonomi (penciptaan lapangan kerja baru), pilar kesejahteraan/wellbeing (peningkatan kapasitas masyarakat), dan pilar sosial (aktivasi Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis).
Officer CID PHR, R Muhammad Wildan mengatakan, pada tahun ini PHR telah menyerahkan bantuan tiga unit sampan kepada pemerintah desa. Selain berkomitmen membenahi sarana dan prasarana yang ada, kedepannya pihaknya akan membuat sejumlah program pelatihan bagi warga serta membangun penginapan agar pengunjung makin merasa aman dan nyaman.
“Desa Balai Pungut berada di ring satu, bahkan telah dinobatkan menjadi Desa Wisata. Kedepannya, kita akan mencari keunikan gastronomi seperti kuliner khas Desa Balai Pungut sehingga nantinya bisa menarik jumlah pengunjung untuk datang. Selain itu, kita nantinya juga berencana akan membangun kawasan home stay atau penginapan di lokasi ini karena sekarang belum ada di sini,” ujar Wildan.
Selain keindahan wisata alam, Desa Balai Pungut juga memiliki potensi lain yakni wisata budaya dan wisata religi serta kuliner. Pasalnya, di lokasi ini juga terdapat rumah adat tradisional dan makan tokoh ulama besar yang menyebarkan agama Islam pertama kali di wilayah Mandau dan sekitarnya.
Hanya berjarak sekitar 50 meter dari tepian Sungai Mandau, terdapat sebuah rumah adat tradisional yang diberi nama Rumah Adat Selasuh Jatuh Kembar. Disini, para pengunjung dapat belajar tentang adat dan budaya Melayu atau sekedar mengabadikan moment foto bersama keluarga tercinta.
Sekitar tiga tahun lalu, rumah adat berbentuk panggung yang terbuat dari kayu ini telah di renovasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bengkalis. Rumah tradisional Melayu ini, kini sudah sangat jarang kita dijumpai.
Selanjutnya, juga ada wisata religi berupa makam Syech H Imam Sabar Al-kholidi Naqsabandi Bin Encik Coteih yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Pertama Thariqat Naqsyabandi. Beliau sangat berjasa, karena menyebarkan ajaran agama Islam pertama di daerah Mandau dan Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Setelah Tuan Guru wafat, kemudian beliau digantikan oleh anak tertuanya yang bernama Syech Usman. Semasa hidupnya, Syech Usman yang bergelar Mursyid Mandau ini juga terus mensyiarkan agama Islam hingga akhirnya memiliki jumlah jemaah yang cukup banyak.
Banyak hal yang bisa didapatkan, ketika kita berkunjung ke Desa Balai Pungut. Dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki, Desa Balai Pungut mampu tumbuh dan berkembang, sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakatnya.
Event Pacu Sampan dan Lomba Memancing Memantik Magnet Pengunjung
PHR Zona Rokan berkolaborasi dengan pemerintah Desa Balai Pungut berupaya melakukan kegiatan wisata sebagai upaya peningkatan jumlah wisatawan telah dilaksanakan melalui berbagai event, antara lain Pacu Sampan dan Lomba Memancing, yang mampu memantik aktivitas ekonomi masyarakat. Kegiatan ini menarik kunjungan ratusan wisatawan terdiri atas wisatawan dan masyarakat lokal. Dengan kegiatan ini terdapat potensi dampak ekonomi langsung sebesar Rp10.000.000. Manfaat ekonomi tersebut dirasakan secara nyata oleh UMKM kuliner, pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan omzet melalui partisipasi aktif dalam kegiatan wisata tersebut.
” Kalau ada event pacu sampan dan lomba memancing banyak pengunjung datang ke sini. Lomba pacu sampan sebulan sekali dilaksanakan. Kalau lomba memancing tergantung peminat. Yang pasti cukup banyak. Ikan- ikan di dalam sungai ini masih banyak dengan berbagai jenis yang masih terlestarikan” kata Pj Kepala Desa Balai Pungut, Aisah S Pd. Ketika ditanya event apa yang menjadi magnet pengunjung.
Untuk mendukung aktivitas wisatawan di Desa Balai Pungut, dilakukan pengembangan sarana dan prasarana wisata, PHR juga berharap melalui pemberian bantuan berupa tiga unit sampan fiber lengkap dengan alat dayung, pelampung keselamatan (life jacket), serta delapan set alat pancing. Bantuan ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai penunjang kegiatan wisata air di Tepian Batang Mandau, seperti berkeliling sungai atau memancing. Selain meningkatkan kenyamanan dan keselamatan wisatawan, fasilitas ini juga diharapkan dapat dikelola oleh Pokdarwis sebagai sarana penyewaan yang berpotensi menambah pendapatan kelompok sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat desa melalui pengelolaan wisata berbasis komunitas. Dengan adanya pengelolaan yang optimal, kegiatan ini ditargetkan dapat mendukung peningkatan pendapatan kelompok hingga mencapai sekitar Rp14 juta per tahun.
Berikan Pelatihan Pengelola Wisata
Aktivasi Pokdarwis dan pelatihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola Desa Wisata secara profesional dan berkelanjutan. Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pengelola Wisata dan Kualitas Pelayanan di Desa Balai Pungut merupakan salah satu upaya PHR Zona Rokan dalam pengembangan Desa Wisata Tepian Batang Mandau. Melalui kegiatan ini, para peserta dilatih untuk melakukan identifikasi serta penentuan lokasi-lokasi potensial yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata di desa tersebut.
Selain itu, pelatihan ini juga membahas pentingnya penerapan Sapta Pesona sebagai pedoman dalam menciptakan lingkungan wisata yang aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. Kegiatan ini turut mendorong pembentukan kepengurusan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang akan menjadi motor penggerak utama dalam pengembangan dan pengelolaan desa wisata. Dengan penerapan Sapta Pesona dan keberadaan Pokdarwis yang terorganisir dengan baik, diharapkan kualitas layanan, daya tarik wisata, serta keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata di Desa Balai Pungut dapat semakin meningkat dan berkelanjutan.
Kemudian pokdarwis diikutsertakan dalam kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha Kuliner. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para pelaku UMKM agar mampu meningkatkan kualitas potensi kuliner lokal dengan standar yang higienis, menarik, dan sesuai dengan selera wisatawan. Melalui pelatihan ini, peserta mendapatkan pemahaman mengenai pengelolaan usaha kuliner yang berkelanjutan, mulai dari perencanaan menu, pengemasan produk, strategi pemasaran, hingga pelayanan kepada pelanggan. Dengan demikian, diharapkan produk kuliner khas Desa Balai Pungut dapat menjadi salah satu daya tarik unggulan yang mendukung pengembangan Desa Wisata Tepian Batang Mandau.
Seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan di Desa Balai Pungut untuk Program Desa Wisata dan Desa Kreatif merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan memperkuat kemandirian desa melalui pemanfaatan potensi lokal. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkelanjutan. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pelaku utama dalam pengelolaan dan pengembangan potensi desa yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan bersama.
Memaksimalkan Pengelolaan
Berdasarkan penelitian salah satu dari perguruan tinggi ternama di Riau, Desa Balai Pungut memiliki banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan, mulai dari wisata alam, sejarah, budaya, religi, hingga wisata susur sungai.
Dengan memanfaatkan potensi wisatanya, desa Balai Pungut dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik di Riau. Sebuah desa di waktu kerajaan Siak yang memegang peran penting. Disebut Balai Pungut, karena dikala itu daerah ini adalah tempat dikumpulkannya atau dipungut barang-barang hasil hutan seperti damar, rotan, gaharu, kayu, hewan liar, hasil sungai seperti ikan, udang, dan lain-lain.

Desa Balai Pungut memiliki luas lebih kurang 6 km² dan desa Balai Pungut terdiri dari dua dusun yaitu, dusun Balai dan dusun Pungut. Nama dusun tersebut diambil dari dua kata desa Balai Pungut, desa Balai Pungut secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis.
Terletak di arah utara Ibu Kota Kabupaten Bengkalis, berdasarkan data administrasi Pemerintah Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi, yaitu 2.237 jiwa pada tahun 2024.
Pada tahun 1942 setelah habis masa Kerajaan Siak Tepian Batang Mandau masih digunakan untuk jalur transportasi oleh PT CPI dan sebagai dermaga atau pelabuhan untuk menuju wilayah-wilayah operasional dan untuk itu PT CPI membuat tugu sejarah di Tepian Batang Mandau yang diberi nama Tugu Nasi Kunyit Panggar Telor. Selain itu, Tepian Batang Mandau juga digunakan oleh masyarakat desa sebagai jalur transportasi dan berprofesi sebagai nelayan untuk mencari nafkah sehari-hari sampai dengan saat ini.
Pada tahun 2018 setelah pelabuhan tidak digunakan lagi oleh pihak PT CPI, pemerintah desa terutama tokoh serta masyarakat desa Balai Pungut mempunyai gagasan agar sungai tersebut menjadi salah satu ikon yang ada di desa maka dijadikan pelabuhan tersebut menjadi tempat wisata yang diberi nama Wisata Tepian Batang Mandau yang bertujuan agar masyarakat luar serta masyarakat tempatan mengenal sejarah Batang Mandau dermaga atau pelabuhan tersebut. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan pembangunan dan ekonomi masyarakat Desa Balai Pungut.
Dalam peningkatan strategi pengembangan objek wisata Tepian Batang Mandau pemerintah desa bekerja sama dengan pihak BUMDes untuk pengembangan objek wisata Tepian Batang Mandau. Strategi yang digalakkan oleh Pemerintah Desa Balai Pungut dengan pembagian alokasi dana desa untuk peningkatan sektor pariwisata.
Kemudian pengelolaan objek wisata Tepian Batang Mandau adalah BUMDes Tuah Melayu Desa Balai Pungut, Pemerintah Desa Balai Pungut melalui Musyawarah Desa (Musdes),menetapkan BUMDes Tuah Melayu Desa Balai Pungut sebagai pengelola objek wisata Tepian Batang Mandau Desa Balai Pungut, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis. Pengaturan BUMDes Tuah Melayu Desa Balai Pungut terhadap objek wisata merupakan salah satu upaya memaksimalkan potensi desa dengan bantuan lembaga desa.
Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan objek wisata. Adanya kesamaan pola pikir maupun pola tindakan dari masyarakat pedesaan mengenai potensi wisata yang ada di desanya untuk kemudian masyarakat tersebut secara bersama-sama melakukan suatu tindakan dalam upaya untuk mewujudkan tujuan pengembangan pariwisata sebagai sebuah dimensi yang mampu memberikan dampak positif bagi mereka, serta mampu mencerminkan identitas mereka sebagai sebuah kesatuan masyarakat yang memiliki struktur sosial yang khas dan unik.
Untuk masuk ke wisata Tepian Batang Mandau pengunjung membeli tiket masuk serta dikenakan biaya parkir dengan nominal untuk sepeda motor Rp2.000/motor dan mobil Rp5.000/mobil. Sementara untuk wahana yang disediakan wisatawan dikenakan biaya Rp10.000/orang untuk sepeda air dan speed boat Rp10.000/orang dengan kapasitas speed boat 5 orang, untuk sewa Gazebo dikenakan tarif sebesar Rp20.000, sedangkan untuk alat keamanan seperti pelampung gratis. Wahana flying fox dikenakan biaya Rp10.000/orang. Pada saat weekday Wisata Tepian Batang Mandau ini terbilang sepi pengunjung, tetapi ramai di saat hari-hari besar ataupun di hari weekend.
Pada tahun 2020 jumlah kunjungan destinasi objek wisata Tepian Batang Mandau 1.000 pengunjung dengan kunjungan oleh masyarakat setempat dan pada tahun 2021 jumlah pengunjung meningkat 30% dari kunjungan tahun 2022 1.300 pengunjung. Bermula kenaikan pengunjung ini di sebabkan banyaknya wisatawan memviralkan wisata Tepian Batang Mandau melalui sosial media, dan pada tahun 2022 jumlah wisatawan semakin naik 39% dari kunjungan tahun 2022 sebanyak 1.800 pengunjung.
Pada Tahun 2023 jumlah wisatawan berkurang di angka 8% penurunan jumlah pengunjung ini disebabkan terjadinya musibah yang menimpa salah satu wisatawan yang tenggelam di saat akan menyeberangi Tepian Batang Mandau dengan cara berenang.
Peristiwa kecelakaan ini mengakibatkan spontan kurangnya minat wisatawan yang berkunjung ke Tepian Batang Mandau. Meskipun demikian, pada tahun 2025 pengunjung kembali normal naik 45% di angka hampir 2.000 pengunjung. Objek wisata Tepian Batang Mandau menyediakan wahana yang dapat digunakan oleh wisatawan seperti wahana flying fox, speed boat, dan sepeda air.
Tepian Batang Mandau juga menyediakan fasilitas umum seperti area parkir, toilet umum, pendopo, tempat sampah, dan tempat karaoke serta perlengkapan alat keselamatan seperti pelampung dan jaket pelampung.
Di Tepian Batang Mandau juga menyediakan permainan ramah anak seperti mandi bola, melukis serta main pasir. Kurang optimalnya keamanan dari pihak pengelola objek wisata Tepian Batang Mandau, sempat membuat minat wisatawan berkurang sehingga fasilitas yang tersedia rusak sebelum masanya. Hal ini dibuktikan dengan tidak beroperasi dan rusaknya permainan wahana air berupa sepeda air dan rusaknya transportasi air berupa speed boat yang beroperasi 3 unit menjadi 1 unit. Kurangnya minat wisatawan juga dapat dilihat dari sepinya tempat wisata hal ini juga disebabkan oleh ada beberapa fasilitas yang belum rampung pembangunannya sehingga belum bisa digunakan secara optimal. Seperti wahana flying fox yang keamanannya masih minim tidak adanya jaring pengaman yang melindungi jika sewaktu-waktu hal yang tak diinginkan terjadi seperti jatuh di saat akan meluncur menggunakan flying fox. Ketersediaan air bersih juga menjadi salah satu masalah yang ada di objek wisata Tepian Batang Mandau.
Untuk meningkatkan jumlah pengunjung upaya BUMDes Tuah Melayu melakukan berbagai strategi dalam pengembangan objek objek wisata Tepian Batang Mandau diantaranya :
1) Mengadakan acara-acara untuk menarik minat masyarakat datang berkunjung seperti kegiatan senam, festival adat dan lainnya.
2) Memperbaiki infrastruktur desa untuk menunjang aksesibilitas seperti perbaikan akses jalan yang bertujuan mempermudah masyarakat datang mengunjungi objek wisata Tepian Batang Mandau, menyediakan fasilitas tambahan seperti lahan parkir yang aman, membangun Gazebo dan menyediakan fasilitas mushola dan kamar mandi yang bersih.
3) Meningkatkan kegiatan promosi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan komunikasi seperti memanfaatkan media Instagram sebagai media promosi sebagai salah satu strategi dalam pengembangan objek objek wisata Tepian Batang Mandau.
Kendatipun demikian, pengembangan objek wisata Tepian Batang Mandau telah dilakukan dengan cukup baik melalui peningkatan daya tarik, pengembangan aksesibilitas, penambahan fasilitas pendukung, serta kerja sama dengan pemerintah guna menarik lebih banyak pengunjung. Sehingga jejak sejarah eksplorasi migas dikenang hingga generasi berikutnya yang tidak terlupakan.
Destinasi wisata ini memiliki kekuatan berupa keindahan alam yang asri dan terjaga, sarana permainan, harga tiket terjangkau, serta berbagai kegiatan menarik. Meskipun masih terdapat sejumlah kelemahan seperti kurangnya perawatan fasilitas, minimnya promosi, dan ketiadaan penunjuk arah. Peluang pengembangan terbuka luas dengan adanya dukungan pemerintah, minat masyarakat yang tinggi, serta terbukanya lapangan kerja, meskipun tetap menghadapi ancaman dari persaingan wisata lain, kurangnya pemanfaatan teknologi, dan perubahan minat masyarakat.
Bagi Pemerintah Daerah dan pengelola, penting untuk tetap mempertahankan keunikan khas dari objek wisata memesona ini. Berupaya terus mengembangkan potensi yang ada melalui strategi yang lebih terarah dan berkelanjutan, sehingga Tepian Batang Mandau dapat menjadi destinasi wisata unggulan sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.(***)










