Khutbah Jum’at Tentang Tawadhu

Serba-Serbi
Kamis, 20 Oktober 2022, 12:50 WIB
Ilustrasi khutbah Jum'at. Foto/internet
Ilustrasi khutbah Jum'at. Foto/internet

 

   اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشَّرَائِعِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا    

 
Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Secara harfiah, tawadhu artinya rendah hati, tanpa merasa hina dan rendah diri. Lawannya adalah tinggi hati, sombong atau disebut juga dengan takabbur.

Orang yang tawadhu adalah orang yang tidak memandang dirinya lebih dari orang lain meskipun ia memiliki kelebihan dibanding orang lain.

Rendah hati tentu sangat berbeda dengan rendah diri (minder), karena itu, seorang muslim tidak boleh “terlalu tawadhu,” karena hal ini bisa membuat orang lain menjadi sombong terhadapnya, tawadhu yang berlebihan bisa membuat seseorang terjebak menjadi rendah diri. Islam memerintahkan rendah hati tapi melarang kita rendah diri.

Maasirol Muslimin Rahimakumullah

Tawadhu merupakan salah satu sifat terpuji di dalam Islam, karenanya, Rasulullah SAW ditekankan oleh Allah SWT untuk memilikinya, beliau bersabda:

وَ إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865)

Bila seseorang memiliki sifat tawadhu, ada beberapa keutamaan yang amat penting diperolehnya dan karena itu setiap kita harus berusaha menjadi orang yang tawadhu.

1.Derajatnya Terangkat.

Allah SWT akan memuliakan dan mengangkat derajat orang-orang yang tawadhu, sehingga manusiapun menghormatinya, Rasulullah SAW bersabda:

أَلَّتَوَاضَعُ لَا يَزِيْدُ إِلَّا رِفْعَةً فَتَوَاضَعُوْا يَرْفَعْمكُمُ الله

“Tawadhu, tidak ada yang bertambah bagi seorang hamba kecuali ketinggian (derajatnya). Oleh sebab itu tawadhulah kamu, niscaya Allah akan meninggikan (derajat)mu.” (HR. Dailam).

Allah SWT meninggikan derajat orang tawadhu, di dunia maupun akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya ditengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya.

2. Hamba yang Dibanggakan.

Orang yang tawadhu dibanggakan sebagai hamba Allah SWT sehingga iapun termasuk orang yang disayangi-Nya, hal ini dinyatakan dalam firman-Nya:

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُوْنَ قَالُوْا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati dan jika orang-orang jahil menyapa mereka, mereka ucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” (QS. Al-Furqon [25]:63)

3. Dimasukkan ke dalam Surga

Surga adalah milik Allah SWT, Dia senang pada orang yang tawadhu dan benci kepada orang yang takabbur, karenanya ia akan memasukkan orang-orang tawadhu ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, Allah SWT berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ الْاَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِيْنَ لَا يُرِيْدُوْنَ عُلُوًّا فِى الْاَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ

“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan orang (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Qashshash [28]:83)

Sidang Jumah Rahimakumullah

Dihadapan Allah SWT, orang yang tawadhu amat dimuliakan sehingga ia akan dikenakan hakamah (seperti tali kekang kuda) atau yang untuk manusia disebut juga dengan mahkota, dalam hadits dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ آدَمِيْ إِلَّا فِيْ رَاْسِهِ حَكَمَةٌ بَيَدِ مَلَكٍ فَإِذَا تَوَاضَعَ قِيْلَ لِلْمَلَكِ اِرْفَعْ حَكَمَتَهُ وَإِذَا تَكَبَّرَ قِيْلَ لِلْمَلَكِ ضَعْ حَكَمَتَهُ

“Tidak ada seorang bani Adam kecuali ada di kepalanya hakamah (seperti tali kekang kuda) ditangan seorang malaikat. Jika dia bertawadhu (rendah hati) maka dikatakan kepada malaikat tersebut: Angkat hakamahnya dan jika dia sombong dikatakan kepada malaikat tersebut: Pakaikan hakamahnya.” (HR. At-Tabhrani)

 
4.Mau Mengerjakan Apa Saja yang Baik.

Orang tawadhu membuat ia mau mengerjakan apa saja yang baik, termasuk pekerjaan rumah tangga yang umumnya tidak orang lakukan, karena Rasulullah SAW tawadhu, dalam hadits dijelaskan:

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمُّ الْمُؤْمَنِيْنَ أَيُّ شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ الله ِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم إِذَا كَانَ عِنْدَكَ؟ قَلَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِيْ مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَ يَرْفَعُ دَلْوَهُ”

Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah Shalallahu ‘alalihi wasallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Di dalam hadist lain Rasulullah SAW tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya. Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi SAW ketika berada di rumah. Lalu Aisyah menjawab:

كَانَ يَكُوْنُ  فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتَ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ

“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu sholat maka beliau keluar untuk melaksanakan sholat.” (HR. Bukhari).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.

 

Editor: Soleh

Penulis : Drs Ahmad Yani (Ketua LPPD Khairu Ummah, Ketua Departemen Dakwah PP DMI, Komisi Dakwah MUI Pusat, Sekretaris Dewan Syuro IKADI, Penulis 57 Buku dan Anggota Dewan Pengawas Syariah Lazisku)

Tags in

Berita Menarik Lainnya

Rekomendasi

456

Trending Topic

Most Read

Berita Riau